13.9 C
Los Angeles
Wednesday, December 4, 2024

Bukan Palu Nomoni, Dua Studi Ungkap Penyebab Terjadinya Gempa Palu 2018

MetroBukan Palu Nomoni, Dua Studi Ungkap Penyebab Terjadinya Gempa Palu 2018

Paluterkini.com | Empat Tahun telah berlalu Festival Palu Nomoni masih menjadi cibiran beberapa masyarakat di media sosial, pasca bencana gempa dan tsunami menyapu Kota Palu 2018 silam.

Segelintir orang menyuarakan kekecewaannya terhadap ritual yang dihadirkan dalam festival palu nomoni tersebut. mereka menganggap salah satu adat suku Kaili itu sebagai penyebab terjadinya gempa Palu dan menganggapnya sebagai musyrik.

Namun tudingan yang jauh dari rasional tersebut ternyata sudah dipatahkan dari dua studi yang membuktikan gempa Palu yang terjadi pada 28 September 2018 merupakan peristiwa gempa supershear langka. Setidaknya kurang dari 15 gempa yang bergerak pada patahan sesar PALU- KORO yang sangat cepat dan sangat kuat.

Arah Patahan Sesar Palu - Koro
Arah Patahan Sesar Palu – Koro

Tak lama setelah gempa terjadi, tsunami setinggi 1,5 meter menghantam bibir pantai kota Palu dan Mamuju. Karena peristiwa itu, lebih dari 2.000 orang kehilangan nyawa. Mereka terseret ke lautan, terkubur dalam lumpur, menjadi korban likuefaksi, dan banyak yang dinyatakan hilang.

Tak heran, peristiwa ini dinobatkan sebagai gempa yang paling banyak menelan korban jiwa pada 2018 sejagad. Para ilmuwan dari seluruh dunia pun terpikat ingin mengungkap misteri di baliknya.

Data satelit mengungkap bahwa pergesaran kerak bumi bertanggung jawab atas gempa berkekuatan 7,4 magnitudo yang muncul dengan kecepatan sangat tinggi. Kecepatan gempa Palu inilah yang akhirnya menjelaskan peristiwa seismik dahsyat itu.

See also  Gubernur Sulteng Beri Bantuan Mobil Klinik Hukum

Secara garis besar, kedua studi itu menegaskan bahwa gempa Palu merupakan gambaran nyata dari gempa supershear. Yang merupakan gempa yang kecepatannya melebihi kecepatan  gelombang geser seismik dan menyebabkan ledakan sonik.

 Sesar Palu - Koro
Arah Patahan Sesar Palu – Koro

Seperti kita tahu, semua gempa bumi dimulai dari satu tempat. Tekanan tinggi pada keping-keping raksasa terbentuk dan akhirnya melemah sampai akhirnya melakukan pergeseran di sepanjang patahan. Energi gelombang geser kemudian menyebar melalui kerak bumi ke segala arah sehingga kita bisa merasakan goncangan gempa.

Namun, kecepatan gempa sebenarnya ditentukan oleh gesekan geologi di sekitarnya. Umumnya kecepatan gempa ada di kisaran 4-9 kilometer per detik.

Ini adalah jenis gempa bumi langka dan baru diamati kurang dari 15 kali dalam seabad terakhir. Gempa bumi supershear dianggap sebagai biang keladi  bencana yang melanda San Francisco pada 1906.

Science Alert pada Selasa (6/2/2019) menyebut, Pulau Sulawesi berada di tengah-tengah teka-teki lempeng tektonik. Persimpangan yang paling aktif di sana adalah sesar PALU – KORO, yang terdiri dari lempeng saling bergeser secara lateral terhadap arah yang berlawanan dalam mode strike-slip.

See also  Ahmad : Miliki PBG Tidak Otomatis Bisa Pasang Iklan, Kami Hanya Atur Mana yang Tidak Boleh

Bila lempeng strike-slip bergerak dengan kecepatan supershear, secara teoritis gempa dimulai di zona yang sedikit lebih kasar sebelum akhirnya mengeluarkan kecepatan penuh.

Para ahli berpendapat, pola zig-zag yang kompleks di patahan Palu-Koro menyulitkan gempa dengan peningkatan kecepatan.

Salah satu data yang membuktikan bahwa gempa Palu tergolong supershear adalah adanya data gempa susulan dari citra satelit yang menunjukkan gempa bergerak sejauh 150 kilometer hanya dalam 35 detik.

Hal ini dibuktikan oleh ahli dari Universitas California, Los Angeles (UCLA). Mereka menggunakan data teleseismik dan penginderaan jarak jauh gempa untuk menghasilkan pencitraan terperinci dari proses patahan. Data itu menunjukkan kecepatan gempa palu 4,1 kilometer per detik.

Sementara itu, studi lain yang dilakukan ilmuwan Université Savoie Mont Blanc di Perancis menambahkan detail tambahan pada struktur patahan.

Mereka menggunakan citra satelit untuk memetakan patahan utama dan struktur sekunder yang terkait gempa. Dari sini mereka menemukan gambar yang memperlihatkan bagian masalah dan sebelumnya tidak dijelaskan dengan kompleks.

See also  Foto: Kondisi Banjir di Sekitar Jembatan III Palu

Garis lurus yang relatif pendek dan sangat halus tampaknya menjadi penyebab utama gempa supershear yang bergerak dengan kecepatan tinggi.

“Bahkan dengan masalah tersebut, gempa dapat langsung berubah menjadi supershear dengan cepat,” kata seismolog UCLA, Lingsen Meng.

Apakah bencana ini bisa terulang di Palu?

Tidak ada yang dapat memastikan. Para seismolog masih memiliki PR banyak untuk memprediksi secara akurat ukuran getaran.

Namun, gempa supershear yang terjadi di PATAHAN PALU-KORO  setidaknya akan membantu mengidentifikasi potensi bencana yang lebih akurat di masa depan. Gempa-tsunami di Palu harus menjadi langkah awal pemerintah untuk membenahi sistem mitigasi serta membuat anggaran deteksi bencana yang memadai. Hal ini dicetuskan sejumlah peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) setelah mengungkap kerawanan gempa di Sulawesi Tengah.

Berdasarkan kajian LIPI , Gempa berkekuatan 7,4 pada skala Richter (SR) yang mengguncang Palu dan sejumlah daerah di Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 lalu ternyata bukan gempa pertama yang terjadi di kawasan itu.

Palu dan sekitarnya beberapa kali dilanda gempa sejak berabad lampau. Hal ini erat kaitannya dengan Patahan Palu Koro yang melintasi Sulawesi Tengah.

Sumber : Kompas.com

 

Check out our other content

Check out other tags:

Most Popular Articles